Sabtu, 11 Desember 2010

Kanker serviks (cervical carcinoma)


Fenomena kanker serviks (kanker mulut rahim) saat ini di Indonesia cukup memperihatinkan. Kanker serviks di Indonesia masih menjadi salah satu jenis kanker yang paling sering ditemui pada wanita, terutama pada genitalia wanita (78%). Sedangkan di negara-negara maju, kanker mulut rahim ini menempati posisi kedua setelah kanker payudara.


Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.

Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah

Kanker serviks sendiri terbagi bagi atas beberapa macam, pertama ada squamous cell carcinoma yang mana memiliki frekuensi paling tinggi, lalu berikutnya adalah cervical adenocarcinoma terjadi sebanyak 15% dari kasus kanker serviks, dan adenosquamous dan neuroendocrine carcinoma yang cukup jarang terjadi tetapi sangat berbahaya.

Penyebab dari kanker serviks terutama adalah infeksi  virus HPV. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual, semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki ,semakin besar kemungkinan untuk terinfeksi virus ini.

Gejala klinis dari berbagai jenis kanker serviks hampir sama, begitu pula dengan faktor resikonya. Tetapi perbedaan yang menonjol terdapat  pada adenosquamous dan neuroendocrine carcinoma yang memiliki perjalanan penyakit yang semakin parah.  Hal ini menyebabkan prognosis untuk kedua jenis kanker serviks ini kurang bisa diprediksi.

MORFOLOGI
Secara histologi, squamous cell carcinoma tersusun atas sel epitel squamous yang malignant (ganas), ada yang berkeratin dan ada yang tidak. Dimana terdapat pada bagian dasar stroma cervical.
Adenocarcinoma ditandai dengan adanya epitel endocervical yang membentuk glandular (kelenjar), dan berwarna lebih hitam (akibat pemadatan nuklei)
Adenosquamous carcinoma adalah tumor yang ditandai dengan adanya epitel berbentuk glandular dan epitel squamous yang bersifat malignant
Neuroendocrine carcinoma hampir mirip secara histologi dengan small-cell carcinoma pada paru-paru.

Kanker serviks yang pada awalnya hanya berada pada bagian serviks  tapi selanjutnya akan terus menyebar menuju organ-organ lain seperti kandung kemih, ureter, rektum, dan vagina. Sel-sel kanker tersebut juga dapat melakukan metastase hingga bagian paru-paru, liver, sumsung tulang, dan struktur-struktur lainnya.
Oleh karenanya Kanker serviks dapat kita bagi menjadi beberapa stage (stadium)
Stage 0 : dimana baru terjadi carcinoma in situ
Stage 1 : Carcinoma sudah mulai menyerang bagian serviks , tetapi terbatas hanya pada bagian cervical
Stage 2 : Carcinoma sudah mulai menyebrangi bagian cervical menuju bagian vagina ( tetapi belum mencapai lower third).
Stage 3 : Carcinoma sudah mulai menyerang dinding pelvis.
Stage 4 : Carcinoma sudah menyerang bagian pelvis itu sendiri atau juga menyerang bagian mukosa daripada kandung kemih ataupun rektum.

Penanganan Klinis
Lebih dari setengah kasus kanker serviks pada wanita dapat terdeteksi tanpa dilakukannya screening. Sementara kanker yang masih pada tahap awal(microinvasive carcinoma) dapat diatasi dengan melakukan cone biopsy, dan histerectomi dengan melakukan dissection pada kelenjar limph, dan juga dapat dilakukan irradiasi pada lesi lebih lanjut.
Prognosis dan tingkat harapan hidup penderita kanker serviks sangat bergantung pada cepat-lambatnya  kanker tersebut terdeteksi. Penderita kanker serviks dapat bertahan sekitar 5 tahun ke depan dari waktu terdeteksi nya kanker itu, 90% kemungkinan untuk pendeteksian pada stadium 1, 75% untuk penemuan pada stadium 2, dan kurang dari 50 % untuk kanker yang ditemukan pada stadium 3, dan apabila pendeteksian kanker sudah mencapai tahap stadium 4, maka harapan hidup sudah sangat kecil.

Screening Kanker Serviks dan Pencegahannya
Cara pendektesian ataupun pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara screening sitologic, dan Pap smear.Selain itu dapat juga dilakukan diagnosa histologi dan pengangkatan pada lesi pracancer. Jika dibutuhkan dapat dilakukan pengangkatan kanker melalui operasi ,sembari diberikan  terapi radiasi dan kemoterapi. Aspek yang terbaru adalah dengan vaksinasi virus HPV , yang telah dilakukan oleh FDA ( Food and Drug Administration) di US untuk mencegah infeksi virus HPV.

Metode yang sangat dianjurkan adalah metode screening secara sitologi, karena metode ini dapat mendeteksi lesi pracancerous yang telah muncul bertahun-tahun pada masa sebelum masa invasive
Pada metode pap smear, dilakukan pengelupasan pada zona transformasi di bagian serviks dengan menggunakan spatula ,kemudian di warnai dengan metode papanicolaou.Selanjutnya bagian tersebut akan diperiksa oleh onkologis. Peluang terjadinya kesalahan pada pemeriksaan pap smear ini sekitar 10-20 %.
Rekomendasi Penggunaan metode pap smear ini adalah pada wanita di atas 21 tahun, atau 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama kali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar