Minggu, 12 Desember 2010

Indonesian Red Crescent (BSMI)

Awalnya sih cuman ikut-ikutan temen yang katanya mau ngadain acara "tenda tensi" di daerah Bandung, pertama aku kira ini dari CIMSA, ternyata setelah setengah perjalanan baru tau kalau ini ternyata bukan dari CIMSA, lha terus apa Donk ?
Bangun pukul 06.00 (berhubung malemnya saya tidur jam 01.00 gara-gara ngerjain LI temen),aku bangun karena di telfon Silvi, teman yang ngajak aku ikutan acara ini,  pas ngangkat telfon aku bilang ke dia " sil...aku baru bangun"....,dengan nada orang males bangun, tapi Silvi tetep kekeuh ngajak aku ikut. Yo wis lah , aku berangkat.
Jreng-jreng. Kita ke TKP naik angkot, berhubung tidak ada salah satu dari kami bertiga(aku, silvi dan temanku yang satu lagi , Fika) yang punya kendaraan pribadi.
Aku sih oke-oke aja, walaupun pas aku tanya Silvi, ternyata dia juga belum tau tempat nya. Yaudahlah, Ayo kita berpetualang.Hehe(setau aku Silvi emang pemberani banget :D)
Pas Udah nyampe Metro (nama tempatnya), pertamanya kami agak bingung , tapi akhirnya sampai jugalah kami ke tempat tujuan.
Jreng-Jreng...
Disana aku lihat ada orang-orang yang sedang memakai rompi yang ada lambang bulan sabit merahnya, lansung spontan aku inget Mer-C(Medical Emergency Rescue Comittee), dulu  aku tu yang sempet banget pingin gabung sama Mer-C, karena aku tertarik dengan ke-volunteeran nya ,terus aku dulu pernah bertekad kalau misalnya aku berhasil menjadi mahasiswa kedokteran, aku mau gabung sama tim Mer-C, aku pengen jadi relawan-relawan di daerah bencana alam,atau daerah perang. :)
Disana udah ada Mas Saif , kakak kelas 2008 yang ngajak ikut acara ini, beliau waktu itu lagi ngukur kadar kolestrol , gula darah, asam urat dsb. Terus ada teh Dini, lulusan administratif RS, yang waktu itu lagi ngukur tensi, terus ada Risa, mahasiswa Kebidanan POLTEKKES.
Terus waktu itu aku sempet nanya ke Teh Dini " teh, ini yang kaya Mer-C itu bukan sih teh ?" terus teteh itu jawab " iya, tapi ini beda lembaga, yang ini namanya BSMI ( Bulan Sabit Merah Indonesia), lembaganya hampir sama dengan Mer-C, yang terdiri dari tenaga-tenaga kesehatan yang bersedia menjadi relawan ".
Terus aku mikir, WOW. whaaaa.. walaupun bukan Mer-C yang aku impi-impikan, tapi ini hampir sama dengan Mer-C, dan BSMI juga sering kerja sama dengan Mer-C ternyata.
terus aku disana, bantuin ngukur tensi, ngitung BMI (haha.ini konyol, meteran pengukur tingginya salah,wohoo..), jadi pas aku ngitung tinggi para mbak-mabak, bapak-bapak, ibuk-ibuk itu, mereka yang pada kaget gitu, "lho saya biasanya ga segini, udah naik kali ya ?" . Walah, ternyata setelah ditelusuri, emang meterannya yang salah, yowislah. pengalaman.
Terus dari acara ini, aku mengambil pelajaran (berhubung ini kali pertama aku terjun lansung ke masyarakat), ternyata masyarakat itu pada umumnya 99,99 % percaya sama omongan kita, walaupun saya yang notabene, baru mahasiswa Tk.1, kayanya aku udah dianggap jadi dokter beneran. :)
Jadi, Hikmahnya, kita sebagai calon dokter, yang nantinya akan menjadi DOKTER, yang omongannya akan mempengaruhi banyak orang, yang keputusannya akan dapat menentukan hidup dan mati manusia, kita harus belajar LEBIH banyak, TERUS, TERUS dan TERUS.
Aku baru ngerti apa yang disebut long life learning yang harus dilakukan para dokter. ternyata ini.....
:) thanks for the knowledge You had given to me.ya Allah . alhamdulillah...

Sabtu, 11 Desember 2010

Kanker serviks (cervical carcinoma)


Fenomena kanker serviks (kanker mulut rahim) saat ini di Indonesia cukup memperihatinkan. Kanker serviks di Indonesia masih menjadi salah satu jenis kanker yang paling sering ditemui pada wanita, terutama pada genitalia wanita (78%). Sedangkan di negara-negara maju, kanker mulut rahim ini menempati posisi kedua setelah kanker payudara.


Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.

Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah

Kanker serviks sendiri terbagi bagi atas beberapa macam, pertama ada squamous cell carcinoma yang mana memiliki frekuensi paling tinggi, lalu berikutnya adalah cervical adenocarcinoma terjadi sebanyak 15% dari kasus kanker serviks, dan adenosquamous dan neuroendocrine carcinoma yang cukup jarang terjadi tetapi sangat berbahaya.

Penyebab dari kanker serviks terutama adalah infeksi  virus HPV. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual, semakin banyak pasangan seksual yang dimiliki ,semakin besar kemungkinan untuk terinfeksi virus ini.

Gejala klinis dari berbagai jenis kanker serviks hampir sama, begitu pula dengan faktor resikonya. Tetapi perbedaan yang menonjol terdapat  pada adenosquamous dan neuroendocrine carcinoma yang memiliki perjalanan penyakit yang semakin parah.  Hal ini menyebabkan prognosis untuk kedua jenis kanker serviks ini kurang bisa diprediksi.

MORFOLOGI
Secara histologi, squamous cell carcinoma tersusun atas sel epitel squamous yang malignant (ganas), ada yang berkeratin dan ada yang tidak. Dimana terdapat pada bagian dasar stroma cervical.
Adenocarcinoma ditandai dengan adanya epitel endocervical yang membentuk glandular (kelenjar), dan berwarna lebih hitam (akibat pemadatan nuklei)
Adenosquamous carcinoma adalah tumor yang ditandai dengan adanya epitel berbentuk glandular dan epitel squamous yang bersifat malignant
Neuroendocrine carcinoma hampir mirip secara histologi dengan small-cell carcinoma pada paru-paru.

Kanker serviks yang pada awalnya hanya berada pada bagian serviks  tapi selanjutnya akan terus menyebar menuju organ-organ lain seperti kandung kemih, ureter, rektum, dan vagina. Sel-sel kanker tersebut juga dapat melakukan metastase hingga bagian paru-paru, liver, sumsung tulang, dan struktur-struktur lainnya.
Oleh karenanya Kanker serviks dapat kita bagi menjadi beberapa stage (stadium)
Stage 0 : dimana baru terjadi carcinoma in situ
Stage 1 : Carcinoma sudah mulai menyerang bagian serviks , tetapi terbatas hanya pada bagian cervical
Stage 2 : Carcinoma sudah mulai menyebrangi bagian cervical menuju bagian vagina ( tetapi belum mencapai lower third).
Stage 3 : Carcinoma sudah mulai menyerang dinding pelvis.
Stage 4 : Carcinoma sudah menyerang bagian pelvis itu sendiri atau juga menyerang bagian mukosa daripada kandung kemih ataupun rektum.

Penanganan Klinis
Lebih dari setengah kasus kanker serviks pada wanita dapat terdeteksi tanpa dilakukannya screening. Sementara kanker yang masih pada tahap awal(microinvasive carcinoma) dapat diatasi dengan melakukan cone biopsy, dan histerectomi dengan melakukan dissection pada kelenjar limph, dan juga dapat dilakukan irradiasi pada lesi lebih lanjut.
Prognosis dan tingkat harapan hidup penderita kanker serviks sangat bergantung pada cepat-lambatnya  kanker tersebut terdeteksi. Penderita kanker serviks dapat bertahan sekitar 5 tahun ke depan dari waktu terdeteksi nya kanker itu, 90% kemungkinan untuk pendeteksian pada stadium 1, 75% untuk penemuan pada stadium 2, dan kurang dari 50 % untuk kanker yang ditemukan pada stadium 3, dan apabila pendeteksian kanker sudah mencapai tahap stadium 4, maka harapan hidup sudah sangat kecil.

Screening Kanker Serviks dan Pencegahannya
Cara pendektesian ataupun pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan cara screening sitologic, dan Pap smear.Selain itu dapat juga dilakukan diagnosa histologi dan pengangkatan pada lesi pracancer. Jika dibutuhkan dapat dilakukan pengangkatan kanker melalui operasi ,sembari diberikan  terapi radiasi dan kemoterapi. Aspek yang terbaru adalah dengan vaksinasi virus HPV , yang telah dilakukan oleh FDA ( Food and Drug Administration) di US untuk mencegah infeksi virus HPV.

Metode yang sangat dianjurkan adalah metode screening secara sitologi, karena metode ini dapat mendeteksi lesi pracancerous yang telah muncul bertahun-tahun pada masa sebelum masa invasive
Pada metode pap smear, dilakukan pengelupasan pada zona transformasi di bagian serviks dengan menggunakan spatula ,kemudian di warnai dengan metode papanicolaou.Selanjutnya bagian tersebut akan diperiksa oleh onkologis. Peluang terjadinya kesalahan pada pemeriksaan pap smear ini sekitar 10-20 %.
Rekomendasi Penggunaan metode pap smear ini adalah pada wanita di atas 21 tahun, atau 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual pertama kali.



Kamis, 09 Desember 2010

Welcome to my new blog

alhamdulillah.
akhirnya tergugah juga untuk nge'blog, melihat teman-teman ataupun kakak kelas yang rata-rata punya blog ,jadi kepengen punya blog juga.
semoga blog ini gak hanya bertahan 1-2 minggu aja. saya ingin saya dapat beristiqomah dalam mengisi blog ini
Mungkin akan saya isi dengan cerita kehidupan saya di kampus Universitas Padjadjaran tercinta.
Mengisi dengan rangkaian kesibukan sebagai mahasiswa FK yang banyak tugas, banyak bacaan, dan tentunya juga banyak tugas kemahasiswaan.
Maaf kalau tulisan nya masih belum enak dibaca, maklum masih belajar nulis.^^

Wassalam.